Mistis Kuncen

Prekuel 2 dari Serial Horror Kembang Sukmo

Sinopsis:

Sejak ilmu Parang Irang tertanam di tubuh Renata Kusuma, hidupnya luntang-lantung. Apalagi makhluk hitam dari gua batu Mistis Rimak terus menghantuinya. Ia baru menemukan makna hidup lagi setelah pulang kampung ke Solo. Renata dikejutkan dengan warisan kunci kuno dari mendiang ibunya. Tak disangka, ibunya dulu kuncen yang menjaga pusaka-pusaka keramat milik keraton. Termasuk keberadaan misterius keris Nogososro yang diincar makhluk hitam itu.

Genre: Misteri, Drama, Fiksi Sejarah

Book Details:

Bahasa Indonesia // 64,000 kata

34 Bab (+ Prolog & Epilog)

Terbit: 12 Febuari 2022

Status: Self-publishing


Dibalik Layar Penulisan Buku Mistis Kuncen

Ide awal menulis Mistis Kuncen:

Berawal dari diskusi bareng Mama Dian tahun 2020 silam, tercetus ide menulis seputar mistisnya dunia keraton dan kebudayaan di Jawa Tengah. Dilatar belakangi dengan obrolan kami yang sering mengulik dunia metafisika yang selalu menarik untuk dipelajari. Salah satu wasiat Mama sebelum meninggal, Mama ingin aku menulis buku mengenai ruang lingkup bangsawan dengan segala rahasia-rahasia kehidupannya yang misterius. Di Indonesia sendiri, saya jarang menemukan buku-buku bertema dunia ningrat atau berlatar keraton (kerajaan). Biasanya tema mengenai bangsawan lebih banyak dituliskan dalam buku-buku sejarah budaya. Jarang ada penulis yang mengisahkannya dalam bentuk novel fiksi di era yang sudah modern ini. Menurut saya hal-hal yang nampak langka selalu menarik untuk diangkat temanya. Apalagi jika menyangkut hal-hal yang sangat misterius mistis.

Riset sebelum menulis:

Dalam serial buku horror ini, sudah saya tamat tulis, yaitu; Mistis Rimak dan Mistis Kuncen. Bakal ada judul-judul lainnya nanti, kisah-kisah yang masih akan berlanjut. Namun sayangnya, ketika baru mau nulis Mistis Kuncen tahun 2021, Mama meninggal dunia. Saya dan Mama sudah janjian akan saling membantu dalam merapikan cerita buku-buku berlatar dunia darah biru ini. Mama yang akan membantu menjelaskan dan memberi masukan mengenai kebudayaan Jawa, juga mengajari saya Bahasa Jawa Krama. Sayangnya, takdir Tuhan sudah menjemput Mama. Jadilah saya mencari sumber dari tempat lain. Awalnya saya sangat gugup dan gelisah karena sama sekali tidak punya basic bisa berbahasa Kromo halus. Mengingat dunia darah biru di tanah Jawa sangat wajib mengutamakan tata krama dalam Bahasa, disitulah saya sempat ketar-ketir. Saya memikirkan bagaimana saya bisa belajar Bahasa Krama dan memulai hal baru. Belum sampai saya cari-cari di internet, ternyata ada follower di Instagram saya, sebut saja si Mas yang kenal betul dengan dunia keraton. Beruntung saya dikenalkannya dengan pacarnya, sebut saja si Mbak yang banyak kuliah mengenai kebudayaan Jawa. Dari mereka berdua saya belajar dasar dari kebudayaan sakral yang ada di keraton. Mulai dari tata krama, gamelan, tarian sakral, dll. Sampai akhirnya, si Mbak yang banyak memberitahu saya tersebut lalu mengundang saya untuk bergabung di grup WhatsApp, bertemu orang-orang yang langsung terjun di lapangan mempelajari budaya. Saya sangat senang menerima undangannya. Ketika itu ada dua grup kebudayaan, keduanya diramaikan oleh banyak orang keraton. Saya awalnya kaget dan sangat excited bisa kenal langsung sama orang-orang keraton tersebut, dari situ saya belajar; mereka menyebut sesamanya sebagai “Sentono Dalem” alias kerabat saudara di keraton. Saya sempat konflik dengan salah satu grup, lebih tepatnya sama yang punya grup itu. Pokoknya sempat terjadi pertengkaran karena orang itu dan kubu-kubunya sangat parah. Saya jadi mengenal bahwa di dunia darah biru itu ada orang yang baik dan ada yang amat jahat. Beruntung saya berteman dengan grup yang satunya lagi, saya beruntung bisa kenal Pak Ahmad yang baik dan ramah, saya diperkenalkan di grup pada para sedulur. Banyak orang di grup itu amat ramah dan menyenangkan. Saya lebih banyak belajar dari mereka suasana kebudayaan Jawa. Saya bisa sekalian promosi buku-buku saya HeHe. Mereka sangat welcome terhadap saya, rasanya seperti bertemu sanak keluarga sendiri, benar-benar menyenangkan. Fokus pembelajaran saya di grup Wadyabala Mataram tersebut adalah beradaptasi dengan lingkungan orang-orang darah biru. Saya jadi tahu ruang lingkup dan nuansa kehidupan mereka yang misterius, majestic, dan juga sangat menarik. Selanjutnya saya belajar dari menggali artikel-artikel di internet mengenai Bahasa Krama dan beberapa hal lainnya. Sebagai referensi pembelajaran, saya membaca dua buku mengenai budaya Kejawen (pandangan hidup orang Jawa). Judulnya Rahasia Ajaran Makrifat Kejawen oleh Agus Wahyudi dan Cakra Manggilingan oleh Wawan Susetya. Saya juga mengingat-ingat kembali semua diskusi bareng Mama mengenai dunia darah biru yang penuh misteri itu, HEHE. Pokoknya, di fase ini benar-benar banyak pembelajaran hidup!

Proses penulisan:

Saya menulis bab pertama di tanggal 17 November 2021 dan menyelesaikan seluruh bab di tanggal 4 Februari 2022. Jadi saya menyelesaikan naskah Mistis Kuncen dalam 2 bulan, 18 hari. Jujur ini buku pertama di mana saya nulis banyak hari absennya. Bukan karena males-malesan HeHe, tapi karena sering demam dan pusing gara-gara pola tidur dan makan yang agak buruk. Enggak nyangka bakal selesai dalam kurun waktu yang cepat menulis buku dengan total jumlah 60 ribu kata ini. Waktu nulis buku Mistis Rimak di tahun 2020 silam, aku butuh tiga bulan.

Thanks to:

  • Terima kasih banyak Allah SWT, menganugerahiku inspirasi menulis buku Mistis Kuncen.
  • Terima kasih Mama Dian untuk pengetahuan yang luar biasa, sepanjang masa senantiasa aku ingat. Terima kasih Papa dan adik kecilku, selalu memberi banyak dukungan yang memberiku semangat.
  • Terima kasih para budayawan yang memperkenankan saya bergabung di grup Wadyabala Mataram. Di sana saya banyak belajar dunia sejarah dan Bahasa orang-orang Jawa Krama.
  • Dan terima kasih para pembaca!

Tentang buku pertamanya, Mistis Rimak baca di sini 😊

Gambar © oleh Cabaca.id