Dunia Leonor

Blurb :

Kisah cinta yang tragis. Dua jiwa yang saling terhubung sepanjang masa.

Memori aneh kerap menghantui Leonor. Seakan ia bukan dirinya. Seakan ia memiliki kekasih bayangan. Ataukah itu semua sekedar imaji gila? Realitasnya pun ia pertanyakan. Saat kisah dari masa lalu semakin mengusiknya, Leonor hanyut dalam dunia yang penuh misteri.


A tragic love story. Two souls are entwined timelessly.

Strange memories often haunt Leonor. As if she is not herself. As if she has a shadow lover. Or is it all just her mad imagination? She questions her reality. As the story from the past has gradually disturbed her, Leonor gets swept away in a world full of mystery.

Genre: Gothic Misteri, Romansa

Details :

Cerita pendek (Short story) // 5,300 words

Bahasa Indonesia & English translation

Release date: 19 Maret 2024

Status: Self-publishing

Special edition with English translation available on Google Books and Hardcover


Dibalik Layar :

Cover Buku: Desain sampul aku buat di Canva. Aku senang dengan hasilnya yang bernuansa gotik dan memberi kesan romantis misterius. Sangat mewakili gambaran kisah mengenai Nona Leonor. 🖤😊

Inspirasi kisah: Saat itu aku hendak tidur. Lalu tiba-tiba ada vision mengenai seorang gadis yang berbaring di atas tanah bersalju, kini kalian bisa baca narasi tersebut di awal paragraf cerpen ini. Awalnya aku memang ingin menulis cerpen. Namun aku belum punya ide waktu itu. Dan aku masih harus menyelesaikan buku Tembung Lakar. Lalu inspirasi itu datang ketika waktu subuh. Overall, aku sangat suka dengan apa yang aku lihat! Langsung saja aku mencatat kerangkanya. Aku selalu suka kisah-kisah yang mengusung tema misteri, lalu yang menyangkut jiwa dan memori dari masa lalu. Jika kalian memperhatikan, kebanyakan buku-buku fantasiku mengusung tema serupa.

Sebenarnya kisah tentang Dunia Leonor ini tidak berhenti sampai di cerpen. Aku melihat inspirasinya mengalir ke dunia yang lebih kelam dan mistis nantinya. Tapi sepertinya inspirasinya tidak mau berlanjut karena aku harus fokus mengerjakan serial Royal Arcanum Hiikks. Tentunya itu buku pertama yang aku tulis sejak aku umur 17 tahun. Kalau mengenai kisah Leonor ini nantinya bakal seru sih. Aku ngeliat sekilas hal-hal yang terjadi sama si Leonor dan kekasih bayangannya itu. Kisah mereka cukup panjang. Bisa dikembangkan lagi. Kisah cinta antar dua dunia yang terpisah karena ruang dan waktu, tapi juga ada kisah pengkhianatan dan rasa sakit yang mendalam. But that’s it! Aku harus kembali fokus mengerjakan buku-buku yang sudah menungguku. 🖤😊

Lagu pengiring: Aku mendengarkan lagu-lagu yang mewakili nuansanya. Ini lagu pertama yang terngiang saat pertama aku melihat Leonor di taman salju; Angels in the Snow by Johnny Klimek & Reinhold Heil. Lalu Never Let Me Go by Ghostly Kisses. Ada juga lagu terbaru di tahun 2024 ini Idea 22 by Anya Nami & Gibran Alcocer. 🖤


Pratinjau Cerpen :

Butir demi butir salju turun menyelimuti wajah pucat Leonor. Rasanya dingin dan menenangkan. Namun lama-lama, berubah panas dan mulai membakarnya. Hantaran es salju di bawah nol derajat hampir saja membuat tubuhnya mati membeku.

Tetapi Leonor enggan beranjak. Dirinya terus berbaring bagai gadis malang di taman yang sepi pengunjung. Tentu saja, siapa juga yang akan datang larut malam begini? Itulah mengapa Leonor suka begadang dan menghabiskan waktu ke sini. Kota kecil selalu punya taman yang indah. Lingkungannya juga terlewat sunyi.

Malam ini Leonor berbaring lemas di atas tanah bersalju. Terkadang ia melantur seorang diri. Ada kata-kata yang terus terucap dalam benaknya seperti mantra. Sampai tak sadar ia telah menggumamkannya.

“If I don’t belong here…”

“Then where do I belong?”

Entah mengapa ia mempertanyakan dirinya sendiri mengenai hal yang absurd. Ketika segalanya baik-baik saja, apakah patut ia meragukan takdir hidupnya?

Namun dalam lubuk hatinya, ada rasa yang mengganjal.

Bagai ada sesuatu yang hilang…

Ada rasa yang mengganggu ketenangan batinnya. Lalu ia teringat memori-memori yang terpendam. Semakin hari, semakin terasa nyata.

Suatu kisah dari masa lampau…

Ia melihat dirinya sendiri di suatu tempat pengasingan. Sosoknya duduk termenung sambil meratapi piring perak dan segala perkakas di atas meja makan.

Pada memori itu, dirinya menggenakan gaun merah marun. Balutan sarung tangan panjang berwarna putihnya dilengkapi gelang mutiara. Satu set dengan antingnya. Gaya berpakaian yang khas hanya dikenakan kaum aristokrat abad sembilan belasan.

Namun Leonor berasal dari dunia yang jauh lebih modern. Sangat kontras dengan segala yang disaksikannya itu. Lantas memori siapa yang tengah diingat olehnya?

Baca selanjutnya di sini :

Preview English Translation :

Each grain of snow fell sheathing upon Leonor’s pale face. It felt cold and calming. But slowly it turned hot and started blazing her. The snowfall below zero degrees almost made her body freeze to death.

But Leonor was reluctant to raise. She kept on lying down like a forlorn girl in a deserted park. Of course, who would come late at night like this? That was why Leonor liked to stay up late and spend her time here. The small town always had a beautiful park. The environment was desolate as well.

That night, Leonor laid down tiredly on the snowy ground. Sometimes she murmured all by herself. There were words that she kept saying inside her mind like a spell. Until she didn’t realize that she had muttered it out.

“If I don’t belong here…”

“Then where do I belong?”

For some reason, she questioned herself about something absurd. When everything was fine, should she doubt her life’s destiny?

But deep down in her heart, there was a wedging feeling.

As if something was missing…

There was something that disturbed her inner peace. Then she remembered the memories that were buried down. The more days it got, the more it felt real.

A story from the past…

She saw herself in a place of exile. Her figure sat down while lamenting the silver plates and all the utensils on the dining table.

In that memory, she was wearing a red maroon dress. Her long white gloves are complemented by a pearl bracelet. A set with earrings. The distinctive style of dress was worn only by the aristocrats of the nineteenth century.

But Leonor came from a world that far modern. Much contrast with everything that she witnessed. Then whose memories she was remembering?


A physical copy of this story will also be available.

Versi cetak cerita ini juga akan tersedia,

Only for delivery in Indonesia.